Dari Community
Participation ke Stakeholders
Participation:
Menemukan
Perspektif Baru dalam Pengembangan Masyarakat
Fredian Tonny Nasdian. 2014. Pengembangan Masyarakat. Bogor:
Departeman SKPM IPB;
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
‘Pengembangan
masyarakat’ merupakan tema yang disoroti oleh penulis buku ini yang secara
tidak langsung menegaskan kembali bahwa upaya pengintegrasian masyarakat
sebagai komponen yang utuh dalam sebuah sistem pembangunan bukanlah sebuah
proses yang bisa sekali jadi.[1]
Proses pengembangan masyarakat adalah proses yang panjang dan terus menerus
diperbarui baik dalam tataran konseptual maupun praksisnya. Tidak ada atau
belum ada format baku yang bisa dikatakan benar-benar ideal untuk bisa menjawab
persoalan pengintegrasian masyarakat yang menjadi bagian dari mereka yang
seringkali dimarjinalkan oleh sebuah desain atau sistem yang disebut dengan
‘pembangunan’. Ife (2008:xiii) mengingatkan kembali bahwa pengembangan
masyarakat adalah bagian dari upaya pemenuhan prasyarat mendasar dalam
peradaban manusia yaitu kebutuhan manusia untuk dapat hidup secara harmonis
dengan lingkungannya serta kebutuhan manusia untuk dapat hidup harmonis dengan
sesama manusia.[2] Kedua
hal ini merupakan esensi dari capaian dan manfaat masyarakat modern. Namun
tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi yang nyata terjadi adalah ketidaksanggupan
orde dominan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini.
Pembangunan
sering dianggap sebagai ‘obat’ terhadap berbagai masalah yang muncul dalam
masyarakat, khususnya pada negara-negara yang sedang berkembang. Pada
kenyataannya berbagai pendekatan pembangunan ternyata tidak cukup akurat secara
empiris, tidak mencukupi secara terori dan tidak efektif dari segi
kebijaksanaannya. Ada enam pendekatan pembangunan yang dipakai penulis untuk
menggambarkan hal ini yaitu: (1) pendekatan pertumbuhan (growth approach); 2) pendekatan pertumbuhan dan pemerataan (redistribution of growth approach); 3)
paradigma ketergantungan (dependence
paradigm); 4) pendekatan tata ekonomi internasional (the new internasional economic order); 5) pendekatan kebutuhan
pokok (the basic needs approach), dan
6) pendekatan kemandirian (the self
reliance approach). Logika yang dominan dipakai dari pendekatan-pendekatan
pembangunan tersebut adalah logika produksi dan sasaran dominannya yang
berpuisat pada produksi. Nilai, sistem, dan metodenya disesuaikan dengan
eksploitasi dan manipulasi sumberdaya alam untuk menghasilkan produksi bagi masyarakat
konsumen massal. Logika ini menciptakan birokrasi-birokrasi besar yang
mengorganisasi masyarakat ke dalam unit-unit produksi yang dikontrol secara
terpusat dan bersifat sentralistis. Dampaknya adalah kebijakan pembangunan
sangat berpihak terhadap konsumen, penduduk kelas menengah perkotaan dan meminggirkan para produsen
yang sekaligus setengah konsumen, yakni masyarakat yang terpinggirkan (hlm 19).
Kondisi serupa ini, pada akhirnya memperlihatkan betapa upaya terbaik dalam
kebijakan pembangunan, ternyata hanya menambah parah persoalan-persoalan yang
sedang dipecahkan. Oleh karena itulah dibutuhkan paradigma pembangunan yang
baru yang meninggalkan paradigma pembangunan untuk konsumen atau production centered development menjadi people centered development dimana
masyarakat bukan semata sebagai subjek, melainkan juga sebagai ‘aktor’ yang
mengendalikan sumberdaya, dan mengarahkan proses yang mempengaruhi
kehidupannya.
www.mediawarga.info
Tentu
saja pergeseran paradigma pembangunan yang dimunculkan penulis ini bukanlah
satu hal yang baru. Dalam konteks inilah, penulis memunculkan berbagai batasan
atau pendefinsian konsep ‘pengembangan masyarakat’. Konsep dasar dari
‘pengembangan masyarakat’ disebutkan sebagai konsep dasar yang menggarisbawahi
sejumlah istilah yang digunakan sejak lama seperti: community resource development, rural area development, community
economic development, rural revitalisation, dan community based development.
Community development menggambarkan makna yang penting dari dua konsep: community, bermakna kualitas hubungan
sosial dan development, perubahan ke
arah kemajuan yang terencana dan bersifat gradual. Tidak dijumpai satu batasan
atau definisi spesifik yang digunakan penulis untuk mendefenisikan konsep
‘pengembangan masyarakat’. Namun yang cukup menarik dari beberapa definisi
tersebut adalah konsep yang diambil dari Sanders (1985) dimana ‘pengembangan
masyarakat’ dapat dipandang sebagai: suatu proses, metode, program, atau
gerakan. Sebagai sebuah ‘proses’, pengembangan masyarakat merupakan proses
bergerak dalam tahapan-tahapan, dari suatu kondisi atau keadaan tertentu ke
tahap-tahap berikutnya, yakni mencakup kemajuan dan perubahan dalam artian
kriteria terspesifikasi. Sebagai suatu ‘metode’, pengembangan masyarakat
merupakan satu cara untuk mencapai tujuan dengan cara sedemikian rupa sehingga
tujuan dapat dicapai. Sebagai suatu ‘proses’, pengembangan masyarakat
dinyatakan sebagai suatu gugus prosedur dan isinya dinyatakan sebagai suatu
daftar kegiatan. Dengan menjalankan prosedur, kegiatan-kegiatan dianggap
dilaksanakan. Sebagai suatu ‘gerakan’, pengembangan masyarakat merupakan suatu
perjuangan sehingga ini menjadi alasan yang membuat orang-orang mengabdi.
Berkaitan
dengan pengembangan masyarakat sebagai sebuah proses swadaya masyarakat yang
diintegrasikan dengan usaha-usaha pemerintah setempat guna meningkatkan kondisi
masyarakat di bidang ekonomi, sosial, politik dan kultural serta mensinergikan
gerakan untuk kemajuan dan kemakmuran bangsa, penulis menghadirkan menekankan
beberapa hal yang disebut sebagai metode atau pendekatan yaitu: adanya proses
pemberdayaan, partisipasi dan peranan langsung warga komunitas dalam perspektof
pembangunan di tingkat komunitas dan antarkomunitas. Mengenai ‘pemberdayaan’,
secara spesifik disebutkan bahwa pemberdayaan merupakan the missing ingredients dalam mewujudkan partisipasi masyarakat
yang aktif dan kreatif. Secara sederhana, pemberdayaan mengacu pada kemampuan
masyarakat untuk mendapatkan dan memanfaatkan akses ke dan kontrol atas
sumberdaya yang penting. Pemberdayaan (empowerment)
merupakan tema sentral atau jiwa partisipasi yang sifatnya aktif dan kreatif. Power yang dimiliki masyarakat berpengaruh
pada kemampuan masyarakat untuk mewujudkan dan mempengaruhi arah serta
pelaksanaan suatu program.
Upaya
pengembangan masyarakat (community
development) pada dasarnya merupakan suatu upaya pemberdayaan warga
komunitas. Proses pemberdayaan dapat dilakukan secara individual maupun
kolektif (kelompok-kelompok sosial). Dalam kasus Indonesia yang lekat dengan
kesenjangan ekonomi, dengan mengacu pada Friedman (1993), penulis mengungkapkan
bahwa kemampuan individu ‘senasib’ untuk mengorganisir diri dalam suatu
kelompok cenderung dinilai sebagai bentuk pemberdayaan yang paling efektif di
tingkat komunitas (collective
self-empowerment). Melalui kelompok akan terjadi suatu dialogical encounter yang menumbuhkan dan memperkuat kesadaran dan
solidaritas kelompok. Anggota kelompok menumbuhkan identitas seragam dan
mengenali kepentingan bersama. Melalui kehidupan kelompok, masing-masing
individu belajar untuk menganalisas secara ‘kritis’ situasi total mereka
(kelompok dan komunitasnya) termasuk dimensi politiknya dan berusaha
‘memperoleh kembali’ daya untuk mengubah situasi tersebut. Proses ini merupakan
proses stimulasi dari self-critical
awareness manusia akan realitas sosialnya serta menekankan pada kemampuan
(daya atau kuasa) yang dimilikinya untuk mentransformasikan realitas tersebut
melalui aksi kolektif mereka dengan sadar. Dalam konteks inilah digarisbawahi
mengenai pentingnya peran community
workers sebagai pendamping proses. Pendamping dalam hal ini tidak berfungsi
sebagai orang yang mengajari atau menggurui individu dalam kelompok, tetapi
berfungsi sebagai orang yang belajar dari kelompok. Pendamping hanya berfungsi
sebagai stimulator atau pemicu diskusi. Ia harus bersikap netral dan tidak
berhak mencampuri keputusan dari hasil diskusi.
-Dwi Wulan Pujiriyani-
[1]Fredian, penulis buku ini adalah seorang sosiolog yang
jika ditelusuri latarbelakang pendidikan akademisnya memiliki ketertarikan pada
bidang sosiologi pedesaan dan studi-studi pembangunan sosial. ‘Pengembangan
masyarakat’ adalah tema yang diangkat dalam buku ini untuk menghadirkan
proses-proses pengembangan masyarakat yang diharapkan dari sisi akademis dapat
memberikan pemahaman untuk bisa membangun, mengembangkan dan mengkritisi
konsep-konsep dan kerangka teoritis pengembangan masyarakat.
[2] Ife, Jim dan Frank Tesoriero. 2008. Community Development. Alternatif
Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
No comments:
Post a Comment