Monday, January 11, 2016

Scientific Revolution


Thomas Khun, Paradigma, dan Scientific Revolution
 

 
Paradigma, saya pahami sebagai prinsip dasar untuk memecahkan suatu masalah. Thomas Khun mendefinisikan paradigma sebagai pencapaian-pencapaian ilmiah yang diterima secara umum sebagai suatu model penyelesaian masalah bagi masyarakat. Paradigma membantu seseorang untuk merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan apa yang harus dijawab dan aturan apa yang harus diikuti dalam mengintepretasikan jawaban yang diperoleh. Paradigma bisa dipahami dalam 3 konsep yaitu sebagai sebuah cara pandang, cara melihat dunia atau asumsi-asumsi utama. Kedua, paradigma juga bisa dipahami sebagai mazhab atau metafor dari sebuah komunitas ilmiah. Ketiga, paradigma bisa dipahami sebagai alat atau bahasa untuk menguji teori-teori atau puzle untuk menyelesaikan kegiatan.
            Sementara itu scientific revolution atau revolusi sains adalah perubahan dari paradigma lama ke paradigma baru yang terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Revolusi terjadi ketika krisis-krisis yang muncul dari kondisi anomali (banyak persoalan yang tidak terselesaikan/kejanggalan) memicu timbulnya paradigma baru. Hal ini berkaitan dengan pandangan Kuhn bahwa ilmu pengetahuan memiliki periode pengumpulan data dalam sebuah paradigma. Revolusi terjadi setelah sebuah paradigma menjadi dewasa. Paradigma mampu mengatasi anomali-anomali yang ada, ketika banyak anomali yang mengganggu atau mengancam matrik (acuan) disiplin, maka paradigma tidak bisa dipertahankan lagi. Ketika sebuah paradigma tidak bisa dipertahankan maka para ilmuwan bisa berpindah ke paradigma baru. Ketika berada dalam periode pengumpulan data, ilmu pengetahuan mengalami apa yang dikatakan perkembangan sains normal.
            Dalam perkembangan sains normal sebuah ilmu pengetahuan senantiasa mengalami perkembangan. Ketika paradaigma mengalami pergeseran, maka baru disebut masa revolusioner. Apabila suatu cara pandang tertentu mendapat tantangan dari luar atau mengalami krisis, pada saat itulah menjadi pertanda telah terjadi pergeseran paradigma. Dalam perkembangan sains, sebuah konsep terbentuk oleh adanya paradigma yang mengakibatkan perubahan konsep, sehingga sains pun terus berubah. Peran paradigma dalam perkembangan sains sangatlah penting, karena paradigma itulah yang menjiwai sebuah konsep. Revolusi sains menjadi simbol tentang efek terakhir dari adanya perbedaan paradigma-paradigma yang dinamis.
            Scientific revolution seperti yang disampaikan Kuhn sangat mungkin terjadi di abad ini. Hal ini berkaitan dengan proses pencarian kebenaran dalam setiap ilmu pengetahuan yang masih terus berlangsung terutama di dalam ilmu-ilmu sosial atau humaniora dimana dipahami bahwa kebenaran adalah sebuah konsensus atau kesepakatan, ketika sebuah perangkat ideologis dianggap tidak mampu lagi menjawab persoalan yang terjadi di masyarakat, maka berbagai paradigma pun diupayakan. Dalam ilmu humaniora, paradigma ini begitu dinamis. Oleh karena itulah menurut saya prasyarat untuk bisa memungkinkan terjadinya scientific revolution adalah tersedianya komunitas akademik yang secara konsisten terus menerus melakukan pengembangan keilmuan dengan merujuk baik pada relevansi sosial maupun maupun relevansi pengetahuan.

Realitas Perubahan Paradigma dari Geosentrisme ke Heliosentrisme

            Geosentrisme memandang bumi sebagai pusat dari alam semesta atau tata surya. Pandangan ini berkembang sekitar 600 tahun SM. Geosentris diyakini oleh beberapa filsuf seperti Amaximandaros. Aristoteles, Hipparchus dan puncaknya Ptolomeus yang membuat peta benda langit dalam buku Almagest. Ia berpandangan bahwa bumi adalah diam dan benda langit lain bergerak mengitari bumi berdasarkan pengamatan matahari yang terbit dari timur dan tenggelam di barat. Sementara itu pandangan heliosentris melihat bahwa matahari adalah pusat peredaran benda langit. Teori ini dipopulerkan oleh Copernicus. Heliosentris meyakini bahwa matahari adalah pusat tata surya dan benda langit mengelilingi matahari. Pengakuan pandangan ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Galileo dan Galilei tentang mekanika planet dan Johannes Kepler yang menghasilkan tiga hukum yang berkaitan dengan peredaran planet di tata surya.
            Proses-proses atau tahapan yang terjadi dalam perubahan pengetahuan dari geosentris ke heliosentris jika dihubungkan dengan pandangan Kuhn dapat dijelaskan berikut ini :


 

Proses pertama yang muncul adalah normal science, telah dipercaya sekian lama bahwa semua objek bergerak relatif terhadap bumi. Teori ini dipercaya selama hampir 1400 tahun. Proses kedua adalah anomali yaitu dengan munculnya kejanggalan atau banyaknya persoalan yang tidak terselesaikan. Dalam hal ini muncul pertanyaan, jika matahari dan bulan bergerak dalam jejak lingkaran mengitari bumi, lalu bagaimana planet-planet yang lain bergerak. Planet ini dikatakan bergerak ke arah timur. Proses ketiga adalah terjadinya krisis, penjelasan bahwa objek bergerak relatif terhadap bumi semakin tidak memadai. Sudah dimunculkan upaya untuk mengatasi permasalahan ini yaitu dengan pengajuan dua komponen gerak dari Ptolomeus. Yang pertama adalah gerak dalam orbit lingkaran yang seragam dengan periode satu tahun pada titik yang disebut deferent dan yang kedua adalah epicycle yaitu gerak seragam dalam lintasan lingkaran dan berpusat pada deferent. Kedua penjelasan ini tetap tidak memadai sehingga dibutuhkan perubahan.Proses keempat adalah revolusi yaitu munculnya teori heliosentris yang memberikan satu paradigma baru yang menyatakan bahwa bukan bumi, melainkan mataharilah yang merupakan pusat tata surya dan bumilah yang bergerak mengelilinginya dalam orbit lingkaran. Tahapan lanjut dari proses perubahan pengetahuan ini akan sampai kembali ke normal science, seperti yang terjadi saat ini dimana sebagian besar mempercayai bahwa memang sistem tata surya berpusat pada matahari.




(Dwi Wulan Pujiriyani/ SPD 2015)

No comments:

Post a Comment

Pemuda dan Pertanian

Pemuda dan Pertanian di Malawi Blessing Chinsinga dan Michael Chasukwa. 2012. ‘Youth, Agriculture and Land Grabs in Malawi’. IDS...