Pemuda dan Pertanian di Malawi
Blessing Chinsinga dan Michael Chasukwa. 2012. ‘Youth,
Agriculture and Land Grabs in Malawi’. IDS Buletin. Volume 43, Number 6
November 2012, hal 66-77.
Tulisan ini mengkaji keterikatan orang-orang muda
pada sektor agri-pangan di Malawi berkaitan dengan dua kebijakan yang dinamakan
Farm Input Subsidi programme (FISP) dan Green Belt Initiative (GBI). Penelitian
dilakukan dengan metode kualitatif (life history interview dan Focus
Group Discussion). Penelitian didasarkan pada fieldwork yang
dilakukan di dua wilayah di sebelah tenggara Malawi, yaitu Zomba dan Mangochi. Fieldwork
dilakukan secara kualitatif dengan FGD dan interview dengan orang-orang muda,
serta Kementerian Pertanian Irigasi dan Pembangunan Perairan. Dalam konteks
Malawi, orang muda merupakan komponen penting karena jumlah mereka melebihi
setengah dari jumlah total populasi (13,1 juta). Begitu pun dengan pertanian
yang menjadi sumber penghidupan utama di Malawi. Sekitar 84% penduduk Malawi
menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian yang juga berkontribusi sekitar
90% dari total jumlah ekspor nasional, 39% GDP, dan 85% serapan tenaga kerja.
Hasil penelitian menunjukan
bahwa pertanian diimajekan secara negatif oleh orang muda. Sebagian besar orang
muda menggambarkan pertanian sebagai pekerjaan yang kotor dan rendah (dirty
work and demeaning). Pertanian tidak akan memberikan manfaat dan
keuntungan. Sementara pertanian merupakan sumber penghidupan yang utama di
Malawi, orang-orang muda yang merupakan kelompok dominan secara struktur
demografi di negeri ini, ternyata tidak sepenuhnya terikat dengan sektor ini.
Program FISP maupun GBI, keduanya tidak menunjukan keterlibatan orang-orang
muda secara signifikan. Pertanian hanya menjadi semacam strategi bertahan sementara.
Bagi orang-orang muda ini, ada 3 cara yang kemudian dilakukan untuk mencapai
cita-cita atau impian mereka yaitu: bermigrasi ke kota untuk mendapat
pekerjaan, memulai berbisnis, dan bermigrasi ke Afrika Selatan.
http://ictupdate.cta.int
Visi
'good life' atau kehidupan yang baik bagi orang muda tidak akan bisa
diperoleh jika mereka menghabiskan waktu dan menginvestasikan energi di sektor
pertanian. Bekerja di sektor pertanian tidak hanya berhadapan dengan banyak
tantangan tetapi juga penuh ketidakpastian. Beberapa faktor yang dianggap
menghambat kesejahteraan di sektor pertanian yaitu: terbatasnya lahan,
terbatasnya akses pada input-input pertanian, kurangnya pasar yang baik, dan
terbatasnya dukungan-dukungan yang lain. Tanah adalah tantangan besar bagi
orang muda karena hanya mereka yang lebih tua atau yang sudah tua yang bisa
memiliki tanahnya sendiri untuk diolah dan bukan orang-orang muda yang masih
menjadi bagian dari keluarga mereka. Orang muda juga termarjinalisasikan dalam
akses terhadap berbagai input pertanian karena mereka bukan termasuk dalam
kelompok sasaran dari berbagai program pemerintah.
Orang-orang
muda ini juga tidak tertarik dengan pertanian karena beranggapan bahwa
pertanian adalah domainnya orang-orang tua (the domain of the elderly).
Mereka berpikir bahwa untuk menjadi orang muda yang dinamis mereka harus cepat
kaya dan ini sangat mustahil mereka capai jika bekerja di sektor pertanian. Ini
hanya bisa mereka lakukan di sektor-sektor non pertanian yang lebih
menguntungkan. Kondisi yang terjadi di Malawi ini disebut sebagai 'a missed
opportunity', sebuah kesempatan yang hilang. Orang muda ini seharusnya
menjadi masa depan sektor pertanian yang menggantikan populasi petani yang
sudah semakin menua. Kekuatan orang muda di sektor pertanian, terletak pada
energi, kapasitas dan kemampuan untuk memproduksi ide-ide dan inovasi.
-Dwi Wulan
Pujiriyani-
No comments:
Post a Comment