Repeasantisasi
sebagai Jalan Keluar
dari Krisis Agraria Global
Jan Douwe Van Der Ploeg. 2008. The New Peasantries
Struggles For Autonomy and Sustainability in an Era of Empire and
Globalization. UK: Earthscan Publisher.
Pertanian korporasi (empire) merupakan pendorong utama dari proses industrialisasi.
Proses industrialisasi pertanian telah menyebabkan tekanan yang serius pada
sistem produksi di tingkat lokal dan regional. Repeasentisasi merupakan esensi
dari upaya untuk bertahan dan memperoleh otonomi dalam konteks ketidakberdayaan
dan ketergantungan. Repeasantisasi secara kuantatif berarti peningkatan jumlah
(beralihnya petani wirausaha menjadi petani) dan secara kualitatif
(meningkatnya otonomi pengelolaan dan kemajuan aktivitas produksi yang tidak
bergantung pada pasar).
Krisis agraria yang dimunculkan Ploeg
berkaitan dengan interrelasi antara organisasi produksi pertanian. Krisis ini
sebenarnya telah memiliki sejarah panjang yang dapat dilihat dari perjuangan
petani dan land reform. Krisis yang terjadi saat ini berkaitan dengan bagaimana
praktik-praktik pertanian dan matapencaharian harus bersinergi dengan alam. Krisis
sosial ekologis yang di-counter oleh
Ploeg berkaitan dengan krisis energi dari model pertanian industrial yang
sangat bergantung pada pestisida, herbisida dan mekanisasi pertanian. Kalau
pertanian dikembangkan dengan cara merusak ekosistem secara sistematis, maka
ini akan menyebar ke lingkungan yang lebih luas lagi dan lahirlah krisis
agroekologi.
Dalam konteks krisis global yang terjadi
saat ini, kualitas dan keamanan distribusi pangan berkaitan dengan produksi
primer dan keberlanjutan produksi pertanian. Munculnya empire sebagai prinsip penataan baru yang mengatur proses produksi,
distribusi dan konsumsi pangan berkontribusi pada terjadinya krisis agraria.
Hal ini disebabkan pengelolaan ekologi dan eksploitasi secara brutal yang berdampak pada alam, petani, pangan dan
budaya. Industrialisasi menyebabkan terjadinya kerusakan modal ekologis, modal
sosial, dan modal kultural. Dalam konteks inilah yang kemudian diusulkan oleh
Ploeg bahwa repeasantisasi merupakan jalan keluar dari krisis agraria global.
Repeasantisasi
tidak semata mengembalikan produksi pertanian kepada petani atau struktur ekonomi
lokal, melainkan juga merekonseptualisasi prinsip-prinsip pertanian. Ploeg
menyebutkan Komunitas Catacaos di Peru Utara sebagai salah satu contoh munculnya
repeasantisasi yang menurutnya paling baik. Repeasantisasi muncul dari beberapa
hal yaitu: berubahnya kerjasama haciendas awal setelah tanah dikelola secara
paralel dalam unit-unit petani, pengelolaan tanah dan air secara masif oleh
petani-petani yang tidak bertanah, meningkatnya jumlah plot yang dimiliki
perseorangan secara pesat, realokasi mereka yang tinggal di pemukiman kumuh (pueblos jovenes) untuk terlibat di pertanian;
mulai berubahnya ketergantungan pada menjadi penguatan ekonomi pedesaan.
Repeasantisasi juga menghilangkan sistem pegawai
yang digaji di sebagian besar haciendas
yang ada.
Gambar diambil dari: http://www.economist.com/node
Karakteristik khusus repeasantisasi di
Cataaos dapat dilihat dari distribusi tanah yang relatif seimbang diantara kaum
tani. Di Catacaos, 86% tanah dimiliki oleh 75% petani. Keberhasilan repeasantisasi di Catacaos memang sebagian dipengaruhi oleh
gerakan petani yang sangat kuat. Misalnya pada tahun 1969, land reform yang radikal dilaksanakan dan diimplementasikan secara
menyeluruh oleh kelompok militer pemerintahan. Haciendas yang sangat luas
ditransformasikan produksinya dalam skema kerjasama dengan petani. Masyarakat di Catacaos merespon land
reform yang dikendalikan oleh negara dengan membuat unit-unit produksi
komunal. Unidades comunales de produccion
disebut sebagai hasil dari perjuangan petani yang dilakukan dengan sepenuh
hati, terus menerus, dan masif.
No comments:
Post a Comment