Monday, March 7, 2016

Ekologi Baru



Menelusuri Konseptualisasi ‘Ekologi Baru’ 






Ekologi baru diawali dari konsep bahwa alam itu tidak seimbang (imbalance nature). Terminologi-terminologi seperti: variabilitas, resiliensi, persistensi, resistensi, dan sensitivitas merupakan konsep-konsep dinamis yang kemudian muncul dan menghadirkan berbagai pertanyaan empirik mengenai kompleksitas ekosistem, keragaman dalam ruang dan waktu serta implikasinya pada perubahan yang tidak seimbang. Dari sinilah kemudian ketiga bentuk ekologi baru itu muncul:  


Agenda baru dalam debat mengenai ekologi baru dan ilmu sosial dapat ditemukan dalam berbagai ranah keilmuan dari mulai antropologi ekologi, ekologi politik, ekonomi ekologi dan analisis postruktural dalam tema nature-culture (alam-budaya). Ada tiga hal yang penting untuk dipahami dalam hal ini yaitu berkaitan dengan: dinamika ruang dan waktu yang berkembang dalam analisa ‘people in places’, analisa historis untuk menjelaskan perubahan lingkungan; tumbuhnya pemahaman mengenai lingkungan sebagai produk dan setting dalam interaksi manusia yang berkaitan dengan analisa dinamika struktural dari proses-proses lingkungan dengan perhatian pada agen manusia dalam transformasi lingkungan sebagai bagian dari pendekatan strukturasi; serta yang terakhir perhatian pada kompleksitas dan ketidakpastian sistem ekologis, sehingga di dalamnya prediksi, pengelolaan dan pengendalian bisa dilakukan jika memungkinkan.
          Dalam konteks memahami sejarah lingkungan, perlu dilihat tradisi-tradisi dalam landscape studies yang fokus pada interaksi antara landscape dan sejarah yang dilakukan oleh sejarawan lingkungan. Minat dalam berbagai interseksi keilmuan seperti sosial, politik, ekonomi dan perubahan lingkungan telah mendorong berbagai kajian secara meluas. Tradisi sejarah lingkungan memunculkan metodologi yang baru dengan menggunakan metode hybrid interdisipliner yang menekankan pada pemahaman proses-proses sosial dan ekologis kontemporer yang mengcounter oandangan Malthusian dan keseimbangan alam (balance of nature). Sejumlah metode (kuantitatif, kualitatif, tekstual) dalam ilmu alam dan ilmu sosial diintegrasikan untuk melihat proses perubahan landscape dan lingkungan, proses-proses sosial politik yang berpengaruh dan terjadi akibat perubahan lingkungan seperti: perubahan simbol-simbol budaya, intepretasi dan makna. Sejumlah studi menunjukan sebagai contoh, bagaimana landscape diciptakan melalui tindakan manusia, termasuk warisan masa lalu yang diharapkan maupun tidak diharapkan. Pemahaman mengenai sejarah penggunaan tanah dan persinggungan (interseksi) antara proses-proses sosial, kelembagaan, politik dan ekonomi menjadi sangat penting. Beberapa kajian menekankan pada keragaman dan kompleksitas perubahan pola spasial dan temporal yang beresonansi dengan dinamika nonlinear, keragaman batas dan pentingnya interaksi sosial ekologi dalam ekologi baru. Beberapa pendekatan sejarah menjadi dasar penting dari rekonseptualisasi dinamika perubahan lingkungan manusia.



Gambar diambil dari: http://radarpena.com/read/2015/02/03
            Pemikiran ekologi baru juga menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang linear dalam relasi antara manusia dengan alam dalam proses perubahan lingkungan. Lingkungan secara dinamis diciptakan nonlinear, nondeterministik dan saling bergantung. Proses-proses sosial, politik, ekonomi dan ekologis berinteraksi secara dinamis, dimana dalam hal ini diperlukan analisa yang lebih detail mengenai interaksi struktur dan individu dalam skala lokal dan global. Beberapa perspektif memerlukan analisis untuk bergeser dari fungsionalis sederhana dan deterministik yang mendominasi dalam antropologi ekologi dan pendekatan serupa yang digunakan oleh ilmu sosial di masa lalu. Meskipun muncul beberapa perdebatan, tantangan baru dalam ilmu sosial adalah memberikan perhatian pada pemikiran ekologis yang nonequilibrium. Argumen yang lebih luas  mengenai interaksi antara struktur dan skala agen harus menjadi pusat dari dinamika pemahaman interaksi antara manusia dengan alam.
Lingkungan dalam skala yang berbeda dilihat sebagai produk dan pola dari tindakan manusia. Hal ini berimplikasi pada perspektif dalam sistem sosial ekologi yang lebih luas sebagai hasil dari perubahan yang berkelanjutan maupun tidak berkelanjutan dalam konteks yang spesifik yang ditandai dengan kompleksitas, ketergantungan dan dinamika non linear. Hal ini bisa dilihat misalnya dalam kajian mengenai proses-proses dimana praktik-praktik lokal seperti bertani, mengolah tanah, menebang pohon, mengolah rawa, membakar, menggembala, berburu dan sebagainya, mempengaruhi lingkungan dari waktu ke waktu dan bagaimana perpaduan antara perilaku yang diinginkan dan yang tidak diinginkan oleh aktor sosial yang berbeda menghadirkan dinamika lingkungan dan ekologi tertentu. Beberapa praktik ekologi, memunculkan aspek-aspek yang penting dalam dinamika alam dan perubahan lingkungan dan bagaimana ini kemudian berkaitan dengan proses-prosessosial budaya. Implikasi metodologi dari praktik ekologi semacam ini adalah membedakan para aktor dengan mengacu pada status sosial, akses dan kontrol produksi dan bagaimana pengendalian konflik berdampak pada eksploitasi dan pengelolaan sumberdaya alam tertentu seperti yang dijumpai dalam kehidupan sosial individu.
Selanjutnya ekologi baru juga memberikan pandangan yang penting pada kompleksitas dan nonlinearitas dalam sistem ekologi. Hal inilah yang memunculkan konsekuensi penting pada persepsi tentang praktik, kebijakan dan persepsi tentang lingkungan. Ketidakpastian, interdeteminasi dan keterkejutan merupakan inti dari dinamika ekologis. Sistem pengetahuan kita yang tidak lengkap serta sistem itu sendiri yang memungkinkan kita untuk menemukan banyak kejutan. Isu-isu tentang risiko, ketidakpastian dan interdeteminasi juga menjadi perhatian bagi para sosiolog dalam mengeksplorari isu mengenai respon-respon publik dan kebijakan terhadap isu lingkungan. Hal ini juga secara khusus menekankan wilayah-wilayah yang penting dimana berbagai kebijakan, praktik dan pemahaman kita mengenai lingkungan ditantang oleh sebuah perspektif alternatif dengan adanya kompleksitas dan ketidakpastian dalam ilmu pengetahuan. Pemahaman pada proses-proses interaksi dari berbagai pengetahuan mengenai lingkungan dalam ketidakpastian ilmiah menjadi penting untuk dilakukan. Memahami negosiasi berbagai keahlian membutuhkan sudut pandang untuk mengkerangkai konstruksi pengetahuan tentang lingkungan dan model-model wacana yang muncul. Kompleksitas dan ketidakpastian dalam ilmu ekologi memunculkan kesempatan untuk menghubungkan konteks kelembagaan dan organisasional dengan manajemen lingkungan.

Scoones, Ian. “New Ecology and the Social Sciences: What Prospect for a Fruitful Engagement”. Annual Review of Anthropology. 1999, Volume 28, pp 479-507. 


(Dwi Wulan Pujiriyani/SPD 2015)


No comments:

Post a Comment

Pemuda dan Pertanian

Pemuda dan Pertanian di Malawi Blessing Chinsinga dan Michael Chasukwa. 2012. ‘Youth, Agriculture and Land Grabs in Malawi’. IDS...