Tuesday, January 19, 2016

Sosiologi Ekonomi Durkheim


Sosiologi Ekonomi ala Epistemologi Durkheimian

Durkheim's sociology is not usually considered in regard to its relationship to the economy. Indeed, of all the classical founding fathers of sociology from the later nineteenth and early twentieth centuries, it is Durkheim who seems most removed from such a context, as compared with the work of Vilfredo Pareto, George Simmel or Marx Weber, for all of whom this connection is both recognized and well established (Steiner, 2011:1).



 www.pusakaindonesia.org



Posisi Durkheim dalam Ranah Sosiologi Ekonomi

Sosiologi ekonomi secara umum dapat didefinisikan sebagai studi tentang bagaimana cara orang atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap jasa dan barang langka dengan menggunakan pendekatan sosiologi. Sosiologi ekonomi berhubungan dengan dua hal: 1) fenomena ekonomi, bagaimana cara orang atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap jasa dan barang langka. Cara ini berkaitan dengan semua aktivitas orang dan masyarakat yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumsi jasa-jasa dan barang-barang langka. 2) pendekatan sosiologis yaitu berupa kerangka acuan, variabel dan model-model yang digunakan para sosioloh dalam memenuhi dan menjelaskan kenyataan sosial atau fenomena yang terjadi dalam masyarakat (Damsar, 1997).
Mengacu pada Durkheim, sebagaimana disinggung oleh Steiner (2011:1), pemikiran Durkheim mengenai ‘ekonomi’ tidak sepopuler konsep-konsep dari teoritiker yang lain seperti Vilfredo Pareto, Georg Simmel ataupun Weber yang dianggap lebih mapan. Hal serupa juga dimunculkan oleh Swedberg (2003:18) yang menyebutkan bahwa “It is clear that Emile Durkheim, compared to Weber knew less about economics, wrote less on economic topics and in general made less of a contribution to economic sociology.” Dibandingkan Weber, Durkheim dianggap hanya memiliki sedikit kontribusi pada sosiologi ekonomi. Berbeda dengan Weber, pembahasan sosiologi ekonomi versi Durkheim juga dikatakan kurang komprehensif dan sistematis.
Meskipun tidak dimasukan dalam kategori teoritiker sosiologi ekonomi dan pernah mengajar mengenai ekonomi, Durkheim mempelajari banyak karya di bidang ekonomi mulai dari Adam Smith, Mill, Say, Simondi, Schmoller dan Wagner. Demikian juga, meskipun tidak secara khusus menghasilkan karya dalam topik sosiologi ekonomi, dua karya pentingnya yang bisa menyinggung topik ekonomi dapat dijumpai dalam The Division of Labor in Society (1893) dan Profesional Ethics and Civic Morals (1950). Durkheim juga dengan sungguh-sungguh mendukung proyek pengembangan sosiologi ekonomi (sociologie economique) dengan mendorong beberapa mahasiswanya untuk mengambil spesialisasi di bidang ini dan secara rutin melibatkan mereka dalam jurnal sosiologinya 'L 'Annee Sociologique'.

Epistemologi Sosiologi Ekonomi Ala Durkheimian

Sosiologi ekonomi didefinisikan Durkheim sebagai lembaga-lembaga ekonomi, lembaga-lembaga yang berkaitan dengan produksi kesejahteraan, lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pertukaran, dan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan distribusi. Lembaga-lembaga inilah yang merupakan subjek kajian dari sosiologi ekonomi, seperti dapat dicermati dalam kutipan berikut ini:

“There are the economic institutions: institution relating to the production of wealth (serfdom, tenant farming, corporate organization, production in factoris, in mills, at home and so on), institution relating to exchange (commercial organization, markets, stock exchanges, and so on), institution relating to distribution (rent, interest, salaries, and so on). They form the subject matter of economic sociology (Swedberg, 2003:18).

Dalam pandangan Durkheim, institusi atau kelembagaan memungkinkan terjadinya relasi-relasi sosial dan aktivitas-aktivitas ekonomi. Institusi atau kelembagaan ini tidak semata mengelola konflik kepentingan, tetapi juga memungkinkan individu untuk menerima dan mendefinisikan kepentingan individu itu sendiri. Hal inilah yang penting untuk diperhatikan, mengapa Durkheim seperti halnya Weber percaya bahwa pengalaman religius memiliki peran penting dalam menciptakan nilai-nilai dan cita-cita yang secara periodik akan berganti seiring dengan adanya mobilitas kolektif.
Studi tentang Division of Labor in Society (1893-1984) memberikan sumbangan tersendiri kepada perkembangan pemikiran sosiologi ekonomi dari Durkheim. Jika para ekonom memandang pembagian kerja sebagai suatu cara untuk menciptakan kesejahteraan dan efisiensi, bagi Durkheim, pembagian kerja mempunyai fungsi lebih luas. Pembagian kerja merupakan sarana utama bagi penciptaan kohesi dan solidaritas dalam masyarakat modern. Tingginya tingkat pembagian kerja dan peranan yang berbeda antarsetiap orang menyebabkan orang menggantikan basis ikatan (penyatuan) atas dasar kesamaan (solidaritas mekanis) dengan dasar ketidaksamaan (solidaritas organis). Mereka tergantung satu sama lain karena mereka mempunyai tugas yang berbeda dan oleh sebab itu mereka saling membutuhkan untuk kesejahteraan mereka sendiri. Dalam masyarakat modern, hak dan kewajiban berkembang dari saling ketergantungan yang dihasilkan oleh pembagian kerja.[1] Hak dan kewajiban inilah, bukan pertukaran atau juga bukan struktur pasar, yang mengikat masyarakat. dalam masyarakat modern, saling ketergantungan direfleksikan pada moralitas dan mentalitas kemanusiaan serta dalam kenyataan solidaritas organis itu sendiri. Masyarakat yang berlandaskan solidaritas organis menjunjung tinggi nilai-nilai kesamaan, kebebasan dan hukum. Kontrak, dalam masyarakat nilai-nilai seperti ini menjadi lebih penting.[2]
Durkheim menekankan konsep 'pembagian kerja (division of labour) secara eksklusif sebagai fenomena ekonomi. Aspek sosial dari 'pembagian kerja' ini membantu mengintegrasikan dan menciptakan masyarakat yang kohesif dengan menciptakan serangkaian ketergantungan. Fokus utama dari buku 'Division of Labor in Society' dari Durkheim adalah bahwa masyarakat dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti yang terjadi di negara-negara barat antara lain Perancis pada abad ke-19 menunjukan kehancuran masyarakat dengan membiarkan individu menjadi sangat rakus (tamak). Hal inilah yang dalam konsep Durkheim dimunculkan dengan adanya kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Sebagai contoh adalah adanya subordinasi kepentingan umum yang seringkali muncul dalam aktivitas yang bersifat moral. Dalam 'Suicide' Durkheim mencatat bahwa negara atau agen-agen yang lain dapat merepresentasikan kepentingan umum ini dan mengatur kehidupan ekonomi, yang kemudian mengakibatkan munculnya 'economic anomie'. Masyarakat membutuhkan aturan dan norma-norma untuk mengatur perilaku ekonomi dan mereka bereaksi sangat negatif pada situasi yang anomi dan anarkis. Bunuh diri sebagai contohnya, terjadi bukan karena perekonomian tiba-tiba terpuruk tetapi juga karena mengalami perubahan (peningkatan) yang drastis.
            Pada saat yang sama Durkheim, memperkenalkan situasi yang terjadi apabila integrasi dari diferensiasi tidak berjalan sempurna. Dengan mengambil analogi biologis, Durkheim menjelaskan bahwa akan terjadi anomi apabila terjadi kegagalan dalam pengaturan organ yang membentuk batang tubuh dari suatu masyarakat. Dalam masyarakat industrial modern, pertumbuhan ekonomi yang begitu cepat yang tidak diikuti oleh hukum dan pengaturan yang tepat untuk menjaga kedamaian, akan menghasilkan anomi ekonomi, yang berakibat penderitaan pada manusia dan masyarakat.
            Berkaitan dengan pembagian kerja, Durkheim juga memunculkan konsepnya tentang pasar dan bentuk abnormal dari pembagian kerja.[3] Pengelolaan kegiatan ekonomi dalam masyarakat modern secara sosial terkacaukan akibat bentuk-bentuk abnormal dari pembagian kerja. Pembagian kerja yang dimaksudkan Durkheim merupakan aspek nonindividual. Pembagian kerja terefleksi dalam bentuk-bentuk solidaritas yang ditentukan oleh serangkaian norma moral yang menghubungkan antara satu orang dengan orang yang lain dan mengatur hubungan diantara mereka. Penjelasan Durkheim ini didasarkan pada analisa mekanisme sebuah tipe ideal masyarakat sederhana yang dicirikan dengan solidaritas mekanis (mechanical solidarity), dengan sebuah tipe masyarakat superior dengan pembagian kerja yang sangat tinggi (organic solidarity). Tipe pertama merupakan masyarakat yang secara morfologis dicirikan dengan jumlahnya yang kecil (seperti dalam masyarakat primitif) menjadi masyarakat yang sangat segmented, memiliki kontak yang sangat minim antara satu dengan yang lain dan cenderung homogen (memiliki sedikit pembagian kerja). Tatanan sosial dalam masyarakat tipe ini merupakan bentuk solidaritas mekanis, yang berbasis pada kesadaran kolektif, memiliki kepercayaan dan sentimen umum yang serupa diantara anggota masyarakatnya. Saling berbagi kepercayaan yang mengatur perilaku individu dalam sebuah pola yang khusus, hanya memiliki sedikit otonomi atau pilihan diantara anggota masyarakatnya. Persoalan dari keteraturan atau tatanan adalah mencari jalan keluar dari mekanistik (mechanically) ini sebagai dasar dari intensi keterikatan emosional pada sistem nilai yang dibagi bersama. 
Meskipun Durkheim cukup optimis mengenai kapasitas masyarakat dengan pembagian kerja yang sangat tinggi dapat menciptakan solidaritas. Hal ini yang muncul dalam karya Durkheim, ‘Suicide’. Perkembangan pembagian kerja berjalan seriring dengan adanya ketegangan dan konflik-konflik sosial. Persoalan kekacauan pembagian kerja ini yang kemudian oleh Durkheim disebut dengan situasi ‘exceptional’ dan ‘abnormal’, situasi ketika pembagian kerja tidak berjalan seiring dengan meningkatnya solidaritas. Dia membedakan dua cara dimana pembagian kerja memiliki efek mengacaukan secara sosial. Pertama, ketika diferensiasi lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan aturan kelembagaan, terjadi situasi anomie atau tidak bekerjanya norma. Kedua, ketika aturan-aturan yang ada tidak memadai untuk memecahkan persoalan, pembagian kerja kemudian menjadi bersifat memaksa (coercive).
Dalam pandangan Durkheim, perkembangan kegiatan ekonomi yang sangat cepat menjadi sumber anomi dalam masyarakat modern. Hal ini tidak terjadi karena pertumbuhan kerja, melainkan terjadi karena kelembagaan yang tidak memadai. Dua pola anomi termanifestasi atau dapat dilihat dari krisis industrial dan komersial, dan antagonisme atau pertentangan antara pemodal dan buruh (Trigilia, 2002: 82). Krisis ekonomi, yang saat ini seringkali terjadi merupakan hasil dari ekspansi pasar sebagai mekanisme pengaturan aktivitas ekonomi. Dalam masyarakat yang produksinya relatif terbatas untuk subsistensi, relasi antara kedua fenomena ini terbatas pada wilayah geografis. Perkembangan pembagian kerja dan produksi untuk pasar menciptakan ketimpangan antara produksi dengan konsumsi- antara permintaan dan penawaran yang dapat memicu terjadinya krisis yang berulang (kelebihan produksi, kurangnya konsumsi).
            Durkheim tidak mengingkari bahwa pasar akan membangun kembali keseimbangan antara produksi dengan konsumsi. Meskipun pada akhirnya akan diikuti dengan biaya dan rusaknya hubungan sosial. Pembagian kerja dalam sistem pasar kapitalis membutuhkan biaya sosial yang tinggi. Hal ini serupa dengan anomi yang terjadi dalam relasi antara pemodal dan buruh. Dalam pasar, Durkheim mencatat bahwa tenaga kerja dipekerjakan tanpa regulasi hukum yang memadai berkaitan dengan relasi ketenagakerjaaan, menyebabkan pekerja tidak terlindungi dari situasi pasar yang tidak menentu. Jelas bahwa masyarakat yang memiliki pembagian kerja relatif tinggi akan mendorong melemahnya kesadaran kolektif, memberikan ruang yang lebih leluasa bagi pilihan individual. Dalam kondisi inilah, nilai-nilai moral menjadi penting dalam kepribadian setiap individu. Dengan demikian individu dapat memenuhi fungsinya dengan baik dan menerima imbal balik dari upaya yang dilakukannya.
            Selain itu Durkheim juga memunculkan mengenai prinsip ekonomi pasar dimana menurutnya hubungan yang bersifat kontraktual tidak selalu bersifat setara melainkan seringkali menyembunyikan adanya kekuasaan yang tidak seimbang antara mereka yang terikat dalam kontrak tersebut. Inilah yang kemudian bisa memunculkan kekerasan yang berakhir pada mempertanyakan kembali legitimasi kontrak tersebut dan memunculkan kekacauan dan konflik. Konsep division labour dari Durkheim dapat dipandang sebagai kritiknya terhadap kapitalisme liberal dimana didalamnya pasar berperan penting dalam mengatur aktivitas produksi dan distribusi pendapatan. Stabilitas ekonomi tidak hanya bergantung pada kondisi-kondisi ekonomi melainkan juga pada kondisi non ekonomi. Kondisi non ekonomi akan banyak dijumpai dalam masyarakat dengan tingkat pembagian kerja yang tinggi. Dalam konteks ini, jika pasar tidak bisa menjadi instrumen pengaturan kegiatan ekonomi yang efektif, aturan moral dan hukum yang terbangun melalui kontarak-kontrak yang memungkinkan mereka untuk saling menghormati dan mencapai negosiasi, tidak cukup. Pasar akan berfungsi dengan baik dalam konteks dimana akses pada tatanan yang berbeda didasarkan pada kerja dan kemampuan aktor dimana renumerasi akan diberikan sesuai dengan kepantasan masing-masing. Dalam konteks ini, kohesi sosial yang kuat akan mendorong individu untuk berkomitmen pada spesialisasi yang mereka miliki, sehingga konflik dapat dicegah, dan di sisi lain konflik dapat dikurangi dengan adanya keuntungan dari perkembangan ekonomi. Meskipun demikian, ini berarti masyarakat harus melibatkan semua lembaga non ekonomi seperti keluarga, sekolah dan institusi politik, untuk bisa memungkinkan sebuah distribusi peran meritokat yang mendorong masyarakat untuk membangun sebuah masyarakat yang adil (fair society).


(Dwi Wulan Pujiriyani/SPD 2015)


Daftar Pustaka

Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa.
Dobbin, Frank. 2007 “Economic Sociology.” Dalam Bryant, Clifton, D & Peck Dennis L. 21st Century Sociology: A Reference Handbook. California: Sage Publications, Inc.
Ritzer, George  and Ryan J Michael (ed). 2011. The Concise Encyclopedia of Sociology. United Kingdom: Wiley-Blackwell.
Smelser & Swedberg. 1996. Handbook of Economic Sociology. US: Princenton University Press.
Steiner, Philippe. 2011. Durkeim and the Birth of Economic Sociology. NJ: Princenton University Press.
Steiner, Philippe. 2002. Chapter 8. "Division of Labour and Economis". Dalam Pickering, WSF (ed). Durkheim Today. Oxford: Berghahn Books.
Swedberg, Richard. 2003. Principles of Economic Sociology. New Jersey: Princenton University Press.
Trigilia, Carlo. 2002. Economic Sociology: State, Market, and Society in Modern Capitalism. USA: Blackwell Publisher.













[1] Lihat juga Dobbin (2007) tentang konsep social network.
[2] Steiner, 2011, hal 20-21.
[3] Lebih lanjut lihat Trigilia. 2002. Economic Sociology: State, Market, and Society in Modern Capitalism. USA: Blackwell Publisher.

No comments:

Post a Comment

Pemuda dan Pertanian

Pemuda dan Pertanian di Malawi Blessing Chinsinga dan Michael Chasukwa. 2012. ‘Youth, Agriculture and Land Grabs in Malawi’. IDS...