Konsep
Tindakan Sosial dan Sosiologi Intepretatif Max Weber
Roth,
Guenther and Claus Witich. 1978. Economy and Society. An Outline of Intepretative
Sociology. Berkeley: University California Press dan Lewis A Coser. 1977. Master of Sociolological Thought Ideas in
Historical and Social Context. Second Edition. New York: Harcourt Brace
Jovanovich Inc.
Sebagaimana disebutkan dalam Coser (1977), Max
Weber menempatkan sosiologi sebagai sebuah ilmu mengenai tindakan sosial. Fokusnya
pada aktor-aktor individual, membedakannya dengan konsep struktur sosial dari para
pendahulunya. Hal ini bisa dilihat misalnya dari Spencer yang fokus pada
evolusi ‘tubuh sosial’ sebagai analogi organisme. Sementara itu Durkheim fokus
pada tatanan-tatanan yang mempengaruhi kohesi struktur sosial. Ini juga berbeda
dengan Marx yang lebih menekankan perhatiannya pada pertentangan kelas-kelas
sosial yang mengakibatkan terjadinya perubahan pada stuktur-struktur sosial dan
relasi-relasi produktif. Weber, lebih memfokuskan perhatiannya pada pemaknaan
subyektif bahwa individu berkaitan dengan orientasi timbal balik mereka dengan
konteks sosio historis yang spesifik. Perilaku tidak bisa lepas dari pemaknaan
dan ini merupakan ranah atau ruang lingkup dalam sosiologi.
Tindakan Sosial
Tindakan sosial yang dimaksudkan
Weber termasuk juga tindakan yang bersifat pasif, bisa berorientasi pada
perilaku masa lalu, perilaku masa sekarang dan perilaku yang diharapkan pada
masa mendatang. Tidak semua tindakan bisa disebut sebagai tindakan sosial.
Tindakan tidak bisa disebut sosial ketika tindakan tersebut berorientasi pada
objek/benda mati. Perilaku subjektif dapat disebut tindakan sosial hanya ketika
ia berorientasi pada perilaku orang lain. Misalnya perilaku berkaitan dengan
keagamaan tidak bisa disebut sebagai tindakan sosial karena tindakan tersebut
berkaitan dengan kontemplasi atau ibadah mandiri. Aktivitas ekonomi seseorang
bisa disebut sosial ketika berkaitan dengan perilaku orang lain. Tidak
semua kontak antara individu juga
memiliki karakter sosial. Tindakan sosial tidak identik meskipun wujud tindakan
tersebut sama.
Menurut
Weber, ada empat tipe tindakan sosial: 1) instrumentally-rational,
ditentukan oleh ekspektasi pada objek perilaku di suatu lingkungan tertentu,
ekspektasi ini digunakan sebagai prasyarat atau makna dari pencapaian aktor
yang telah diupayakan dan diperhitungkan hasil akhirnya; 2) value-rational, ditentukan oleh
keyakinan terhadap nilai etis, estetis,
dan religius atau bentuk-bentuk perilaku yang lain; 3) affectual (emosional), ditentukan oleh afeksi atau perasaan dari
para aktor; 4) traditional,
ditentukan oleh kebiasaan yang telah tertanam.
Tindakan
instrumental –rasional merupakan tindakan yang dilakukan karena adanya tujuan
tertentu. Tindakan ini dipilih secara sadar untuk mencapai sebuah tujuan
tertentu. Tindakan rasional-nilai adalah tindakan yang dilakukan terkait dengan
komitmen yang dilakukan dengan penuh kesadaran tidak terlepas dari nilai-nilai
agama, hukum juga berbagai bentuk nilai yang lain. Tindakan afektual adalah
tindakan yang didasarkan pada sentimen atau emosi yang dimiliki seseorang.
Sementara itu tindakan tradisional adalah tindakan yang diulang secara teratur,
merupakan kebiasaan, tidak menjadi persoalan kebenaran dan keberadaannya.
Tindakan ini merupakan tindakan warisan yang diturunkan dari generasi ke
generasi yang lalu atau berlaku secara turun temurun.
http://jrbenjamin.com
Sosiologi Intepretatif
– Dasar Metodologi Weber
Weber mengutamakan unit analisisnya pada perilaku
nyata individu sebagaimana dimunculkan dalam Coser:
“Intepretative sociology considers the
individual and his actions basic unit, as its atom,”....The individual is...
the upper limit and the sole carrier of meaningful conduct... Such concepts as
‘state’, ‘associatiation’, ‘feudalism’ and the like, designate certain
categories of human interaction”
Sosiologi intepretatif beranggapan bahwa individu
dan tindakannya merupakan unit dasar (inti), individu merupakan pembawa makna
tunggal. Konsep-konsep seperti negara, asosiasi, feodalisme dan sejenisnya
merujuk pada kategori-kategori tertentu dalam interaksi individu. Dalam hal
inilah Weber memfokuskan diri pada orientasi antara aktor-aktor sosial serta motif-motif
dari perilaku mereka sebagai hal-hal yang harus dipertimbangkan secara
metodologis, dan hal ini pulalah yang kemudian memberikan kekhususan pada pendekatan
yang dimunculkannya. Sosiologi dalam hal ini didefinisikannya sebagai ilmu
mengenai pemahaman intepretatif atas tindakan sosial dengan penjelasan kausal. “Sociology is the science which aims at the
intepretative understanding (verstehen) of social behaviour in order to gain an
explanation ofits causes, its course and its effects”. Dalam hal ini
sosiologi berupaya memperoleh penjelasan penyebab-penyebab dari tindakan atau
perilaku tersebut, proses, serta dampak dari perilaku tersebut. Konsep ‘action’ atau tindakan adalah perilaku
individual yang mengandung makna subjektif. Tindakan bersifat sosial meskipun
memiliki makna subjektif.
Konsep
‘pemahaman intepretatif atau interpretative understanding sebenarnya bukan
konsep yang muncul pertama kali dari Weber. Konsep ini sebenarnya sudah
dimunculkan oleh seorang sejarawan bernama Droysen dan digunakan secara meluas
oleh para akademisi termasuk diantaranya adalah Dilthey. Meskipun ketika itu
metode ini lebih menekankan pada penjelasan yang bersifat intuitif dibandingkan
penjelasan yang bersifat kausal atau sebab akibat. Weber sebaliknya, berupaya
melihatnya sebagai langkah awal untuk membantun sebuah relasi kausal.
Penggambaran makna subyektif dari tindakan, diperoleh melalui empati dan memori
yang dianalisis melalui pengalaman. Meskipun demikian, setiap penjelasan intepretatif
untuk bisa mencapai kedalaman proposisi ilmiah harus menjadi sebuah penjelasan
kausal. Verstehen dan penjelasan kausal dalam ilmu sosial merupakan prinsip
yang bersifat korelasional dan tidak berlawanan. Bangunan pemaknaan dapat
menjadi sebuah pengetahuan yang diyakini kebenarannya jika ia dapat disatukan
ke dalam stuktur teori untuk bisa menjelaskan relasi kausalnya.
Dalam
konteks pemaknaan subjektif, Weber membedakan ilmu alam dengan ilmu sosial.
Jika dalam ilmu alam, seorang ilmuwan tertarik pada aspek-aspek alam yang
kemudian diformulasikan dalam hukum-hukum tertentu, maka seorang ilmuwan sosial
berupaya untuk membuat abstraksi umum dari perilaku manusia termasuk
kualitas-kualitas tertentu dalam diri individu serta pemaknaan yang diberikan atas
perilaku atau tindakan yang mereka lakukan. Fakta-fakta sosial merupakan fakta
yang bisa dipahami. Kita dapat memahami (verstehen)
tindakan manusia dengan melihat pemaknaan subjektif yang diberikan para aktor
pada perilaku mereka maupun perilaku orang lain. Dasar-dasar metodologi terdiri:
makna, keterkaitan antara tindakan yang bermakna dan dan semata perilaku
reaktif yang tidak memiliki makna subyektif, semua intepretasi makna memerlukan
kejelasan dan pemahaman yang tepat serta komprehensif.
-Dwi Wulan Pujiriyani- (SPD/2015)
No comments:
Post a Comment