Memahami Tradisi Interaksionisme Simbolik
“The Maturing Tradition I: The Codification of Symbolic Interactionism.”
Turner, Jonathan H. 1998. The Structure
of Sociological Theory. Sixth Edition. Washington: Wadsworth Publishing
Company.
Teoritisi sosiologi di Eropa yang
pada awalnya hanya memperhatikan fenomena di level makro, dikatakan Turner
bahwa pada awal abad ke-20, mereka mulai memperhatikan analisis proses-proses
di level mikro. Mereka mulai memahami bahwa struktur masyarakat berada dalam
beberapa tingkatan, diciptakan, dan dipelihara melalui aksi-aksi dan interaksi
individual, sehingga semakin meningkatkan upaya untuk menemukan proses-proses
yang mendasari interaksi antar individu. Dari sinilah kemudian muncul teori di
level mikro dalam skala luas yang kemudian disebut dengan ‘interaksionisme.’
Sebagaimana
dijelaskan Turner, interaksionisme simbolik merupakan warisan George Herbert
Mead dengan asumsi dasar mengenai beberapa hal yaitu: manusia sebagai pengguna
simbol; komunikasi simbolik; interaksi dan pengambilan peran; serta interaksi,
individu-individu dan masyarakat. Interaksionisme simbolik, sebagaimana namanya
menekankan pada kapsitas manusia sebagai pencipta dan pengguna simbol. Dalam
hal inilah manusia berbeda dengan hewan yang kemampuan simboliknya terbatas.
Esensi yang sangat mendasar dari manusia dan dunianya adalah mereka menciptakan
alur-alur dari kemampuan mereka untuk merepresentasikan satu dengan yang lain,
baik itu berupa objek, ide-ide atau setiap tahap dari pengalaman mereka secara
simbolik. Tanpa kapasitas untuk menciptakan simbol-simbol dan menggunakannya
dalam hubungan diantara individu, pola-pola organisasi manusia tidak akan dapat
diciptakan, dipelihara dan diubah. Manusia memiliki derajat yang sangat besar
karena dibebaskan dari pemrograman instingtif dan biologis, sehingga harus
mendasarkan penggunaan kekuatan simbolis mereka untuk beradaptasi dan bertahan
di dunia.
Manusia atau individu menggunakan
simbol-simbol untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Dengan kemampuan
atau kapasitas mereka untuk memahami makna gesture dan suara, individu bisa
berkomunikasi secara efektif. Komunikasi simbolik bersifat lebih kompleks
karena seseorang menggunakan lebih dari sekedar simbol-simbol bahasa atau kata
dalam komunikasi. Mereka juga menggunakan gesture muka, suara, gerak tubuh dan gesture lain yang dipahami dan memiliki makna yang
umum. Dengan membaca dan memaknai gesturee dari orang lain, seseorang bisa
berkomunikasi dan berinteraksi. Mereka bisa saling membaca satu dengan yang
lain, untuk mengantisipasi atau menyesuaikan diri dengan respon antara satu
orang dengan orang yang lain. Inilah yang kemudian disebut Mead sebagai
kemampuan dasar ‘taking the role of the
other’ (mengambil peran yang lain atau memerankan) yaitu kemampuan untuk
melihat perilaku orang lain dan perintah atau disposisi untuk bertindak.
Interaksionis akan memberi penekanan pada proses pengambilan peran (role taking) sebagai mekanisme dasar
terjadinya interaksi. Tanpa kemampuan untuk membaca gesturee dan menggunakan gesture
sebagai dasar menempatkan seseorang dalam posisi orang lain, interaksi tidak
akan dapat terjadi dan tanpa interaksi, organisasi sosial tidak akan pernah ada
atau eksis.
Sebagaimana dituturkan Mead, mind – self dan society berhubungan dengan sangat erat sehingga seorang
interaksionis akan menganalisa genesis kemanusiaan dan pola-pola interaksi. Apa
yang membuat manusia sebagai spesies yang unik dan memungkinkan setiap individu
untuk memiliki sifat yang khas sebagai hasil interaksinya dalam masyarakat,
sebaliknya apa yang memungkinkan masyarakat merupakan kapasitas-kapasitas yang
diperoleh manusia selama mereka tumbuh dan dibesarkan dalam sebuah masyarakat. Interaksionisme
simbolik dimaksudkan untuk memberi penekanan pada kapasitas-kapasitas
kemanusiaan yang sama. Pikiran atau mind
merupakan kapasitas untuk berpikir- untuk secara simbolis menyatakan,
menekankan, menilai, mengantisipasi, memetakan dan mengkonstruksi aksi.
‘Berpikir’ juga dikatakan sebagai proses yang didalamnya memungkinkan penelaahan
solusi dan aksi simbolik, untung ruginya dalam kaitannya dengan nilai-nilai
invidual dan aksi yang dipilih. Konsep kunci dalam orientasi interaksionis
adalah: 1) munculnya konsep diri individu mengenai dirinya yang bersifat
tetap/stabil; dan 2) kemampuan untuk menghadirkan citra diri (self images) – gambaran seseorang
sebagai obyek dalam sebuah situasi sosial. ‘Self’
adalah obyek utama yang diinjeksikan dalam definisi mereka mengenai
situasi-situasi yang membentuk apa yang mereka lihat, mereka rasakan dan mereka
lakukan di dunia yang berada di sekelilingnya. Masyarakat atau pola yang
relatif stabil dalam interaksi dilihat oleh interaksionis hanya mungkin
dilakukan dalam kapasitas individu untuk mendefinisikan situasi-situasi dan
secara khusus untuk melihat diri mereka sebagai obyek dari situasi. Masyarakat
bisa ada atau eksis karena kapasitas manusia untuk berfikir dan
mendefinisikannya sebagai bentuk evaluasi atau refleksi diri. Core atau inti dari pendekatan
interaksionis disebutkan Turner sebagai berikut:
“Humans
create and use symbols. They communicate with symbols. They interact through
role taking, which involves the reading of symbols emitted by others. What makes
them unique as a species-the existence of mind and self-arises from
interaction. The emergence of theses capasities allows for the interactions
that form the basis of society).
(Manusia menciptakan dan menggunakan
simbol-simbol. Mereka berkomunikasi dengan simbol-simbol. Mereka berinteraksi
melalui pengambilan peran yang berkaitan dengan pembacaan simbol-simbol yang
dimunculkan oleh orang lain. Adanya pikiran dan konsep diri yang muncul dari
interaksilah yang membuat mereka unik sebagai satu spesies yang unik. Semua
kapasitas yang muncul ini memungkinkan adanya interaksi-interaksi yang merupakan
dasar dari masyarakat).
Dalam
penjelasan lanjut mengenai interaksionisme simbolik, Turner menampilkan
perbedaan yang muncul dalam interaksionisme simbolik Mazhab Chicago dari Blumer
dan Mazhab Iowa dari Kuhn. Ada 5 pertanyaan yang secara detail digunakan untuk
menandai perbedaan diantara keduanya yaitu: 1) What is the nature of the individual?; 2) What is the nature of
interaction; 3) What is the nature of social organization; 4) what is the most
appropriate method for studying humans and society? dan 5) What is the best form of sociological theoritizing?.
Isu-isu teoritis
|
Konvergensi antara Kedua Mazhab
|
Mazhab Chicago
|
Mazhab Iowa
|
The
nature of humans
|
Manusia menciptakan
dan menggunakan simbol untuk menjelaskan aspek-aspek di dunia sekeliling
mereka.
|
Manusia dengan pemikirannya dapat
menyisipkan setiap objek dalam sebuah situasi
|
Manusia dengan pemikirannya dapat
mendefinisikan situasi tetapi itu tergantung pada konsistensi obyek yang
disisipkan dalam situasi-situasi tersebut
|
|
Kemampuan simboliklah
yang membuat manusia sebagai mahluk yang unik. Manusia bisa menunjukan dan menjelaskan
objek secara simbolis yang memungkinkan mereka untuk mendefinisikan situasi
sosial dan perilaku mereka.
|
Meskipun self merupakan obyek yang penting, self bukan merupakan
satu-satunya obyek.
|
Self adalah obyek yang paling penting dalam
mendefinisikan situasi
|
|
Manusia bisa
merefleksikan diri dan mengevaluasi dirinya, mereka melihat dirinya sebagai
obyek dalam berbagai situasi sosial.
|
Manusia mempertimbangkan, menilai dan
memetakan aksinya sebelum bertindak, tetapi manusia juga berpotensi mengubah
definisi dan aksi mereka
|
Manusia mempertimbangkan, menilai dan
memetakan aksinya sebelum bertindak, tetapi mereka juga melakukannya melalui perspektif
kedirian dan kelompk mereka dimana kedirian ini mengacu
|
The
nature of interaction
|
Interaksi bergantung pada kapasitas
individu untuk menciptakan dan membaca gesturee.
|
Interaksi merupakan proses konstan dari
pengambilan peran individu atau kelompok yang lain.
|
Interaksi tergantung pada proses
pengambilan peran (role taking)
|
Role taking atau pengambilan peran
merupakan mekanisme kunci dalam interaksi karena memungkinkan aktor untuk
melihat perspektif orang lain yang tidak ditunjukan secara fisik.
|
Orang atau kelompok lain merupakan
obyek yang berkaitan dengan definisi seseorang mengenai situasi
|
Ekspektasi terhadap orang lain dan
norma-norma dalam situasi merupakan pertimbangan penting yang muncul dalam
pendefinisian situasi
|
|
Pengambilan peran dan pikiran bekerja
bersamaan dan memungkinkan aktor untuk menggunakan perspektif orang atau
kelompok lain sebagai dasar kesepakatan atau pendefinisian situasi sebelum
aksi. Seseorang bisa menyesuaikan respon mereka satu dengan yang lain dan
sesuai dengan situasi sosial yang ada
|
Self adalah obyek penting lain yang ada dalam definisi
seseorang. Definisi seseorang terhadap situasi melibatkan pertimbangan,
penilaian dan pemetaan aksi
|
Masyarakat merupakan pertimbangan
penting dan penghambat dalam interaksi
|
|
Interaksi melibatkan pergeseran
definisi dan perubahan pola-pola aksi dan interaksi
|
Interaksi sebagian besar selalu
melibatkan aksi yang menyesuikan dengan situasi yang diharapkan (yang
dipersyaratkan oleh self)
|
||
The
nature of social organization
|
Struktur sosial diciptakan, dipelihara
dan diubah oleh proses interaksi simbolik.
|
Struktur sosial dikonstruksikan oleh
para aktor dengan menyesuaikan respon-respon mereka satu dengan yang lain
|
Struktur sosial dibentuk dari jejaring
posisi-posisi dengan harapan-harapan dan norma-norma
|
|
Tidak mungkin memahami pola organisasi
sosial tanpa pengetahuan tentang proses-proses simbolik diantara individu
yang membentuk pola ini
|
Struktur sosial merupakan satu dari
banyak obyek yang dimasukan aktor dalam definisi mereka terhadap situasi
|
Meskipun interaksi simbolik menciptakan
dan mengubah struktur, sekali struktur ini diciptakan, ia akan menjadi
penghambat dari interaksi
|
Struktur sosial merupakan reposisi
konstan dari definisi aktor-aktor dan perubahan perilaku, yang memungkinkan
penyesuaian baru dari individu-individu yang lain
|
Struktur sosial oleh karenanya relatif
stabil. Terutama ketika kedirian individu berada dalam jejaring posisi
tertentu
|
||
The
nature of sociological methods
|
Metode sosiologis harus fokus pada
proses-proses dimana individu mendefinisikan situasi-situasi dan memilih
serangkaian aksinya.
|
Metode sosiologis harus masuk dalam
dunia mental aktor dan melihat bagaimana mereka mengkonstruksikan aksi
|
Metode sosiologis harus mengukur
aktor-aktor dalam proses-proses simbolik dengan instrumen yang reliabel
|
Metode harus berfokus pada individu.
|
Peneliti harus menyatukan berbagai
jenis, varian, pergeseran dan pengaruh-pengaruh yang tidak ditentukan dalam
situasi-situasi dan aksi-aksi
|
Penelitian harus diarahkan pada
pendefinisian dan pengukuran variabel
yang menyebabkan atau berpengaruh pada perilaku
|
|
Penelitian harus menggunakan teknik
observasi, biografi dan wawancara tidak terstruktur untuk masuk ke dalam
proses-proses pendefinisian dan melihat perubahan dalam proses-proses ini
|
Penelitian harus menggunakan instrumen
pengukuran yang terstruktur seperti kuesioner, untuk memperoleh variabel
kunci yang reliabel dan valid
|
||
The
nature of sociological theory
|
Teori harus mengenai proses-proses
interaksi dan mencari tahu kondisi yang mendasari jenis-jenis perilaku dan
interaksi yang biasanya terjadi
|
Hanya sensitisasi konsep (konsep yang
peka) yang memungkinkan dalam sosiologi
|
Sosiologi dapat mengembangkan definisi
konsep yang tepat dengan pengukuran empiris yang jelas
|
Teori deduktif oleh karenanya tidak
memungkinkan dalam sosiologi
|
Teori bisa bersifat deduktif dengan
jumlah proposisi umum yang terbatas dengan penggolongan pada proposisi dan
generaslisasi empiris pada tahapan-tahapan interaksi simbolik yang khusus
|
||
Teori dapat menawarkan deskripsi umum
dan tentatif serta intepretasi perilaku dan pola-pola interaksi
|
Teori menawarkan penjelasan abstrak
yang memungkinkan dilakukannya peramalan perilaku dan interaksi
|
-Dwi Wulan Pujiriyani- (SPD/2015)
No comments:
Post a Comment