Utopia Kemajuan Intelektual
(Fritjof Capra. 1982. The Turning Point, Science
Society and the Rising Culture.
New York: Bantam Books.)
‘Krisis
dan ancaman kepunahan ras umat manusia’ adalah gambaran yang dilukiskan Capra
dalam bagian pertama bukunya ‘The Turning
Point, Science Society and the Rising Culture' untuk mengingatkan sekaligus
menegaskan bahwa ‘dunia yang sedang kita tinggali ini tidak sedang berada dalam
kondisi yang baik-baik saja’. Manusia sedang berada pada titik krusial untuk
menghadapi kehancuran dari capaian-capaian atau prestasi-pretasi yang selama
ini telah dihasilkannya. Inilah zaman dimana orang-orang yang seharusnya ahli
dalam berbagai bidang, tidak lagi mampu menyelesaikan masalah-masalah mendesak
yang telah muncul di dalam bidang keahliannya.
Siapa
harus dipersalahkan atau bagaimana semua ini akan dipertanggungjawabkan? Tentu
tidak bijak jika kemudian yang ditekankan adalah mencari pembenaran bahwa semua
ini adalah kekhilafan yang manusiawi. Capra kembali menegaskan bahwa pilihan
kita yang begitu konsisten pada nilai-nilai, sikap dan pola perilaku yang telah
menghasilkan suatu sistem lembaga akademik, politik dan ekonomi, mengakibatkan
kebutaan terhadap bahaya ketidakseimbangan sistem nilai. Kebanggaan kita dengan
‘keilmiahan’ dan dominasi rasionalitas, telah menyebabkan semacam pemujaan
terhadap pengetahuan ilmiah sebagai satu-satunya jenis pengetahuan yang bisa
diterima. Kita telah lupa bagaimana ‘berpikir’ dengan tubuh, menggunakannya
sebagai alat untuk mengetahui. Kita telah memutuskan hubungan kita dengan
lingkungan alam dan lupa bagaimana bermasyarakat dan bekerjasama dengan
berbagai macam organisme hidup. Penekanan yang berlebihan pada metode ilmiah
dan pada pikiran rasionalistis telah menimbulkan sikap-sikap yang antiekologis.
Kemajuan yang telah dicapai,
sebagian besar merupakan wilayah rasional dan intelektual serta evolusi yang
saat ini mencapai tahap yang sangat mengkhawatirkan, suatu situasi yang
paradoksal. Ketika di satu sisi bisa mengirimkan peneliti ke ruang angkasa dan
mendaratkan mereka dengan teknologi penerbangan yang sangat canggih, di sisi
lain persoalan nyata di bumi seperti polusi tidak bisa dikendalikan. Begitu
juga dengan industri-industri makanan binatang kesayangan dan kosmetika yang
mencerminkan standar hidup yang semakin tinggi, sementara di sisi lain
persoalan mendasar pendidikan dan kesehatan tidak mampu teratasi. Disinilah
terlihat bahwa dunia yang dibangun melalui serangkaian prestasi dan kemajuan
intelektual itu seolah bekerja di dunia yang lain, dunia utopis yang jauh dari
kenyataan.
Sebagai seorang fisikawan, Capra
secara jelas menunjukan posisi dan refleksinya sebagai seorang ilmuwan yang
ingin menunjukan titik perubahan itu pada minatnya dalam bidang fisika. Konsep
dari Descartes dan Newton, digunakannya untuk melihat perubahan pandangan
dunia. Sebuah pandangan yang juga diyakini Capra memiliki kesamaan dengan
pandangan mistis dari semua tradisi di sepanjang zaman. Capra menyadari
sepenuhnya bahwa dirinya pun juga para ahli fisika, menyadari
keterbatasan-keterbatan konsep klasik dan perlu melakukan revisi radikal
terhadap banyak konsep dasar mereka tentang realitas. Satu penekanan yang dimunculkan
Capra adalah kenyataan bahwa semua konsep dan teori yang digunakan untuk
menggambarkan alam semesta sangat terbatas. Teori-teori ilmiah tidak pernah
memberikan gambaran realitas secara lengkap dan pasti. Teori-teori tersebut
berupa perkiraan-perkiraan tentang hakikat benda-benda sejati. Para ilmuwan
tidak berkaitan dengan kebenaran melainkan gambaran realitas yang berupa
perkiraan yang sangat terbatas.
No comments:
Post a Comment