Monday, February 1, 2016

Utopia Kemajuan Intelektual




Utopia Kemajuan Intelektual

(Fritjof Capra. 1982. The Turning Point, Science Society and the Rising Culture.
New York: Bantam Books.)


 


‘Krisis dan ancaman kepunahan ras umat manusia’ adalah gambaran yang dilukiskan Capra dalam bagian pertama bukunya ‘The Turning Point, Science Society and the Rising Culture' untuk mengingatkan sekaligus menegaskan bahwa ‘dunia yang sedang kita tinggali ini tidak sedang berada dalam kondisi yang baik-baik saja’. Manusia sedang berada pada titik krusial untuk menghadapi kehancuran dari capaian-capaian atau prestasi-pretasi yang selama ini telah dihasilkannya. Inilah zaman dimana orang-orang yang seharusnya ahli dalam berbagai bidang, tidak lagi mampu menyelesaikan masalah-masalah mendesak yang telah muncul di dalam bidang keahliannya.
Siapa harus dipersalahkan atau bagaimana semua ini akan dipertanggungjawabkan? Tentu tidak bijak jika kemudian yang ditekankan adalah mencari pembenaran bahwa semua ini adalah kekhilafan yang manusiawi. Capra kembali menegaskan bahwa pilihan kita yang begitu konsisten pada nilai-nilai, sikap dan pola perilaku yang telah menghasilkan suatu sistem lembaga akademik, politik dan ekonomi, mengakibatkan kebutaan terhadap bahaya ketidakseimbangan sistem nilai. Kebanggaan kita dengan ‘keilmiahan’ dan dominasi rasionalitas, telah menyebabkan semacam pemujaan terhadap pengetahuan ilmiah sebagai satu-satunya jenis pengetahuan yang bisa diterima. Kita telah lupa bagaimana ‘berpikir’ dengan tubuh, menggunakannya sebagai alat untuk mengetahui. Kita telah memutuskan hubungan kita dengan lingkungan alam dan lupa bagaimana bermasyarakat dan bekerjasama dengan berbagai macam organisme hidup. Penekanan yang berlebihan pada metode ilmiah dan pada pikiran rasionalistis telah menimbulkan sikap-sikap yang antiekologis.
                Kemajuan yang telah dicapai, sebagian besar merupakan wilayah rasional dan intelektual serta evolusi yang saat ini mencapai tahap yang sangat mengkhawatirkan, suatu situasi yang paradoksal. Ketika di satu sisi bisa mengirimkan peneliti ke ruang angkasa dan mendaratkan mereka dengan teknologi penerbangan yang sangat canggih, di sisi lain persoalan nyata di bumi seperti polusi tidak bisa dikendalikan. Begitu juga dengan industri-industri makanan binatang kesayangan dan kosmetika yang mencerminkan standar hidup yang semakin tinggi, sementara di sisi lain persoalan mendasar pendidikan dan kesehatan tidak mampu teratasi. Disinilah terlihat bahwa dunia yang dibangun melalui serangkaian prestasi dan kemajuan intelektual itu seolah bekerja di dunia yang lain, dunia utopis yang jauh dari kenyataan.
                Sebagai seorang fisikawan, Capra secara jelas menunjukan posisi dan refleksinya sebagai seorang ilmuwan yang ingin menunjukan titik perubahan itu pada minatnya dalam bidang fisika. Konsep dari Descartes dan Newton, digunakannya untuk melihat perubahan pandangan dunia. Sebuah pandangan yang juga diyakini Capra memiliki kesamaan dengan pandangan mistis dari semua tradisi di sepanjang zaman. Capra menyadari sepenuhnya bahwa dirinya pun juga para ahli fisika, menyadari keterbatasan-keterbatan konsep klasik dan perlu melakukan revisi radikal terhadap banyak konsep dasar mereka tentang realitas. Satu penekanan yang dimunculkan Capra adalah kenyataan bahwa semua konsep dan teori yang digunakan untuk menggambarkan alam semesta sangat terbatas. Teori-teori ilmiah tidak pernah memberikan gambaran realitas secara lengkap dan pasti. Teori-teori tersebut berupa perkiraan-perkiraan tentang hakikat benda-benda sejati. Para ilmuwan tidak berkaitan dengan kebenaran melainkan gambaran realitas yang berupa perkiraan yang sangat terbatas.

No comments:

Post a Comment

Pemuda dan Pertanian

Pemuda dan Pertanian di Malawi Blessing Chinsinga dan Michael Chasukwa. 2012. ‘Youth, Agriculture and Land Grabs in Malawi’. IDS...